Tempatnya sangat hijau, sumber makanan melimpah ruah. Pulau Rambut menjelma seperti resor mewah di lepas laut Jakarta, tapi bukan untuk manusia. Pulau ini siap menyambut para tamu dari seluruh dunia berupa burung-burung migran.
Tempatnya sangat hijau dengan pohon-pohon yang tinggi. Jalanan hanya jalan setapak yang sudah di beri pengeras batu di bawah rerimbunan semak, nyaris membentuk lorong. Di beberapa titik terdapat kayu tua melintang dengan dahan yang menjuntai.
Saat memasuki hutan itu 5 menit saja dari bibir pantai, maka yang terendus yakni bau kotoran burung menyengat seperti kandang burung di kebun binatang. Kotoran burung juga terlihat berceceran dimana-mana, di sepanjang jalan setapak dan di berbagai semak. Warnanya putih hingga kecoklatan. Suaranya bising oleh kicauan ribuan burung.
"Selamat datang di The Heaven of Bird, Pulau Rambut," kata petugas, saat detikTravel dan rombongan sampai di pulau itu, minggu lalu
Surga burung? Ya. Pulau ini memang sudah lama dikenal menjadi 'resor' yang mewah bagi burung untuk beristirahat saat perjalanan lintas benua. Mereka biasanya istirahat saat migrasi besar-besaran dari utara khatulistiwa ke selatan atau sebaliknya guna menghindari musim dingin.
Menurut petugas di pulau konservasi yang dikelola Kementerian Kehutanan tersebut, jumlah tertinggi migrasi pada pergantian Februari-Maret. "Pada waktu itu, merupakan waktu yang tepat untuk melihat Pulau Rambut. Jumlah burung paling banyak baik burung-burung laut atau darat," ucapnya.
Saat saya menyisir jalan, pandangan saya melihat pada cangkang telur burung yang sudah menetas. Selain itu juga terdapat sisa-sisa ikan laut bekas makanan burung yang tercecer. Dan dugaan saya tepat, ternyata ribuan burung-burung itu tidak hanya singgah, melainkan tinggal untuk waktu yang cukup lama. Setidaknya hingga telur-telur menetas dan anak-anaknya bisa terbang.
Karena penasaran lanskap pulau itu, saya bergegas menuju menara pengawas. Saya mau melihat secara keseluruhan dari atas. Dari menara pengawas polisi hutan setinggi 20 meter di tengah hutan, tampak pemandangan yang memang benar-benar menakjubkan. Hutan terhampar hijau dengan laut biru di belakangnya. Di tengah-tengah hutan hijau itu, puluhan burung nongkrong bergerombol untuk menikmati matahari pagi.
"Ini benar-benar resor mewah bagi burung yang bisa keluar masuk tanpa harus menggunakan paspor dan visa," kata saya dalam hati.
Bagaimana tidak, pulau yang terus dijaga keaslianya oleh polisi hutan itu menawarkan semua kebutuhan hidup para burung. Makanan, sarang dan tempat tinggal yang nyaman. Yang terpenting, tempat ini jauh dari kebisingan kota.
Sampai-sampai untuk menjaga pulau itu tetap eklusif bagi para burung, tidak semua wisatawan dan orang asing masuk ke Pulau Rambut. "Hanya bagi peneliti, tujuan ilmiah dan wisata edukasi seperti anak-anak sekolah yang bisa ke sini. Ini bukan wisata rekreasi seperti kebon binatang," ucap petugas.
Meski akses dibatasi, siapapun pasti enggan menolak bila ada kesempatan ke pulau ini. Sebab, dari Jakarta, Pulau Rambut hanya 30 menit perjalanan menggunakan perahu cepat. Oh, iya jangan lupa bawa penutup kepala seperti topi karena tentunya kepala Anda tidak ingin jadi sasaran tahi burung, bukan?
http://travel.detik.com/read/2013/03/04/083524/2184559/1383/pulau-keren-di-laut-jakarta-tapi-bukan-untuk-manusia?vt22021381
Tempatnya sangat hijau dengan pohon-pohon yang tinggi. Jalanan hanya jalan setapak yang sudah di beri pengeras batu di bawah rerimbunan semak, nyaris membentuk lorong. Di beberapa titik terdapat kayu tua melintang dengan dahan yang menjuntai.
Saat memasuki hutan itu 5 menit saja dari bibir pantai, maka yang terendus yakni bau kotoran burung menyengat seperti kandang burung di kebun binatang. Kotoran burung juga terlihat berceceran dimana-mana, di sepanjang jalan setapak dan di berbagai semak. Warnanya putih hingga kecoklatan. Suaranya bising oleh kicauan ribuan burung.
"Selamat datang di The Heaven of Bird, Pulau Rambut," kata petugas, saat detikTravel dan rombongan sampai di pulau itu, minggu lalu
Surga burung? Ya. Pulau ini memang sudah lama dikenal menjadi 'resor' yang mewah bagi burung untuk beristirahat saat perjalanan lintas benua. Mereka biasanya istirahat saat migrasi besar-besaran dari utara khatulistiwa ke selatan atau sebaliknya guna menghindari musim dingin.
Menurut petugas di pulau konservasi yang dikelola Kementerian Kehutanan tersebut, jumlah tertinggi migrasi pada pergantian Februari-Maret. "Pada waktu itu, merupakan waktu yang tepat untuk melihat Pulau Rambut. Jumlah burung paling banyak baik burung-burung laut atau darat," ucapnya.
Saat saya menyisir jalan, pandangan saya melihat pada cangkang telur burung yang sudah menetas. Selain itu juga terdapat sisa-sisa ikan laut bekas makanan burung yang tercecer. Dan dugaan saya tepat, ternyata ribuan burung-burung itu tidak hanya singgah, melainkan tinggal untuk waktu yang cukup lama. Setidaknya hingga telur-telur menetas dan anak-anaknya bisa terbang.
Karena penasaran lanskap pulau itu, saya bergegas menuju menara pengawas. Saya mau melihat secara keseluruhan dari atas. Dari menara pengawas polisi hutan setinggi 20 meter di tengah hutan, tampak pemandangan yang memang benar-benar menakjubkan. Hutan terhampar hijau dengan laut biru di belakangnya. Di tengah-tengah hutan hijau itu, puluhan burung nongkrong bergerombol untuk menikmati matahari pagi.
"Ini benar-benar resor mewah bagi burung yang bisa keluar masuk tanpa harus menggunakan paspor dan visa," kata saya dalam hati.
Bagaimana tidak, pulau yang terus dijaga keaslianya oleh polisi hutan itu menawarkan semua kebutuhan hidup para burung. Makanan, sarang dan tempat tinggal yang nyaman. Yang terpenting, tempat ini jauh dari kebisingan kota.
Sampai-sampai untuk menjaga pulau itu tetap eklusif bagi para burung, tidak semua wisatawan dan orang asing masuk ke Pulau Rambut. "Hanya bagi peneliti, tujuan ilmiah dan wisata edukasi seperti anak-anak sekolah yang bisa ke sini. Ini bukan wisata rekreasi seperti kebon binatang," ucap petugas.
Meski akses dibatasi, siapapun pasti enggan menolak bila ada kesempatan ke pulau ini. Sebab, dari Jakarta, Pulau Rambut hanya 30 menit perjalanan menggunakan perahu cepat. Oh, iya jangan lupa bawa penutup kepala seperti topi karena tentunya kepala Anda tidak ingin jadi sasaran tahi burung, bukan?
http://travel.detik.com/read/2013/03/04/083524/2184559/1383/pulau-keren-di-laut-jakarta-tapi-bukan-untuk-manusia?vt22021381
Tidak ada komentar:
Posting Komentar