Berendam di pemandian dari sumber mata air alami adalah kegiatan seru untuk mengisi liburan. Petirtaan Jolotundo di Mojokerto, Jatim salah satunya. Ini adalah 'kolam cinta' milik Udhayana, Raja Bali, yang tidak pernah kering!
Pagi yang mendung dan sepi menyambut saya kali ini. Tanpa ada alarm alami dari kokokan ayam, rasanya enggan untuk beranjak meninggalkan tempat tidur. Namun sepertinya, kali ini saya harus segera beranjak dari 'singgasana pemalas' dan bergegas pergi dari alam mimpi.
Inilah saatnya untuk jalan-jalan, melepas penat pikiran dengan pekerjaan yang bertubi-tubi datang menghantam. Kali ini saya akan jalan-jalan ke Petirtaan Jolotundo di Desa Seloliman, Mojokerto, Jatim.
Perjalanan kali ini tidak saya lakukan sendiri. Saya ditemani seorang teman yang kebetulan sedang liburan dan kebetulan teman saya ini juga masih bingung mau kemana. Akhirnya saya merekrutnya untuk menemani perjalanan ini.
Cuaca yang sedikit mendung dan sempat turun gerimis mengiringi perjalanan kami. Tak butuh waktu lama jika ingin menuju ke sana, kurang lebih 50 km ke arah selatan dari surabaya. Butuh waktu kurang lebih 2 jam perjalanan jika kita membawa kendaraan pribadi.
Petirtaan Jolotundo terletak di Desa Seloliman, dataran tinggi Trawas, Kabupaten Mojokerto. Tepatnya terletak di lereng Gunung Bekal, yaitu salah satu puncak Gunung Penanggungan. Gunung yang konon merupakan penggalan dari  puncak Semeru yang berada di Kabupaten Lumajang, Jatim.
Jalanan khas dataran tinggi dengan hamparan sawah berundak dan pepohonan cemara, serta pinus mendominasi sepanjang jalanan yang kita lewati menuju petirtaan. Hutan yang begitu asri dengan pohon-pohon besar dan hawa yang sejuk jauh dari kata polusi. Tempat ini cocok untuk melepas penat.
Tepat di sisi kiri gapura pintu masuk kompleks petirtaan kita bisa menitipkan kendaraan dengan biaya Rp 2.000 untuk sepeda motor. Hanya dengan membayar HTM sebesar Rp 6.000, kita bisa melenggang masuk menuju petirtaan ini.
Batu-batu bekas candi yang hampir tak berbentuk, tersusun rapi di depan petirtaan. Lengkap dengan bau dupa yang menyengat bercampur bau tanah yang masih basah. Guyuran air hujan, baru saja datang menyambut kedatangan saya. Keadaan ini pun menambah kesan mistik di Pertitaan Jalatundo.Â
Tempatnya cukup bersih dan nyaman. Dengan beberapa gazebo, kita bisa singgah sejenak untuk sekadar melepas lelah selama perjalanan.
Menurut sejarahnya, petirtaan ini merupakan kolam cinta yang dibangun oleh Udhayana, seorang Raja Bali yang menikah dengan Putri Guna Priya Dharma dari Jawa. Dari perkawinan tersebut, lahirlah Airlangga pada 991 M. Lalu pada tahun 997 M, Raja Udhayan membangun kolam ini. Sesuai dengan angka yang tertera di dinding kolam yang disiapkan untuk menyambut kelahiran Putra Airlangga.
Kolam ini bisa dikunjungi siapa saja, sebagai salah satu warisan budaya Indonesia. Selain dari nilai histori yang ada, Petirtaan Jolotundo ini semakin unik karena memiliki debit air yang tak pernah kering. Walaupun di saat musim kemarau. Dengan memiliki kandungan mineral yang tinggi, membuat air dalam kolam Jolotundo dinyatakan sebagai air terbaik di dunia setelah zam-zam.
Tempat yang nyaman untuk sekadar jalan-jalan. Anda bisa melepas penatnya rutinitas dan menambah wawasan tentang sejarah budaya Indonesia, dengan bangunan-bangunan bersejarah peninggalan nenek moyang kita.
http://travel.detik.com/read/2013/01/19/081742/2147045/1025/3/wow-kolam-cinta-di-mojokerto-ini-tak-pernah-
Pagi yang mendung dan sepi menyambut saya kali ini. Tanpa ada alarm alami dari kokokan ayam, rasanya enggan untuk beranjak meninggalkan tempat tidur. Namun sepertinya, kali ini saya harus segera beranjak dari 'singgasana pemalas' dan bergegas pergi dari alam mimpi.
Inilah saatnya untuk jalan-jalan, melepas penat pikiran dengan pekerjaan yang bertubi-tubi datang menghantam. Kali ini saya akan jalan-jalan ke Petirtaan Jolotundo di Desa Seloliman, Mojokerto, Jatim.
Perjalanan kali ini tidak saya lakukan sendiri. Saya ditemani seorang teman yang kebetulan sedang liburan dan kebetulan teman saya ini juga masih bingung mau kemana. Akhirnya saya merekrutnya untuk menemani perjalanan ini.
Cuaca yang sedikit mendung dan sempat turun gerimis mengiringi perjalanan kami. Tak butuh waktu lama jika ingin menuju ke sana, kurang lebih 50 km ke arah selatan dari surabaya. Butuh waktu kurang lebih 2 jam perjalanan jika kita membawa kendaraan pribadi.
Petirtaan Jolotundo terletak di Desa Seloliman, dataran tinggi Trawas, Kabupaten Mojokerto. Tepatnya terletak di lereng Gunung Bekal, yaitu salah satu puncak Gunung Penanggungan. Gunung yang konon merupakan penggalan dari  puncak Semeru yang berada di Kabupaten Lumajang, Jatim.
Jalanan khas dataran tinggi dengan hamparan sawah berundak dan pepohonan cemara, serta pinus mendominasi sepanjang jalanan yang kita lewati menuju petirtaan. Hutan yang begitu asri dengan pohon-pohon besar dan hawa yang sejuk jauh dari kata polusi. Tempat ini cocok untuk melepas penat.
Tepat di sisi kiri gapura pintu masuk kompleks petirtaan kita bisa menitipkan kendaraan dengan biaya Rp 2.000 untuk sepeda motor. Hanya dengan membayar HTM sebesar Rp 6.000, kita bisa melenggang masuk menuju petirtaan ini.
Batu-batu bekas candi yang hampir tak berbentuk, tersusun rapi di depan petirtaan. Lengkap dengan bau dupa yang menyengat bercampur bau tanah yang masih basah. Guyuran air hujan, baru saja datang menyambut kedatangan saya. Keadaan ini pun menambah kesan mistik di Pertitaan Jalatundo.Â
Tempatnya cukup bersih dan nyaman. Dengan beberapa gazebo, kita bisa singgah sejenak untuk sekadar melepas lelah selama perjalanan.
Menurut sejarahnya, petirtaan ini merupakan kolam cinta yang dibangun oleh Udhayana, seorang Raja Bali yang menikah dengan Putri Guna Priya Dharma dari Jawa. Dari perkawinan tersebut, lahirlah Airlangga pada 991 M. Lalu pada tahun 997 M, Raja Udhayan membangun kolam ini. Sesuai dengan angka yang tertera di dinding kolam yang disiapkan untuk menyambut kelahiran Putra Airlangga.
Kolam ini bisa dikunjungi siapa saja, sebagai salah satu warisan budaya Indonesia. Selain dari nilai histori yang ada, Petirtaan Jolotundo ini semakin unik karena memiliki debit air yang tak pernah kering. Walaupun di saat musim kemarau. Dengan memiliki kandungan mineral yang tinggi, membuat air dalam kolam Jolotundo dinyatakan sebagai air terbaik di dunia setelah zam-zam.
Tempat yang nyaman untuk sekadar jalan-jalan. Anda bisa melepas penatnya rutinitas dan menambah wawasan tentang sejarah budaya Indonesia, dengan bangunan-bangunan bersejarah peninggalan nenek moyang kita.
http://travel.detik.com/read/2013/01/19/081742/2147045/1025/3/wow-kolam-cinta-di-mojokerto-ini-tak-pernah-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar